Merasa Suci ?… Jangan Baca Artikel Ini…

Mencari makna tentang kesucian di zaman sekarang, zaman dimana ukuran-ukuran materi menjadi suatu keniscayaan, bagai membuka lemari pakaian usang berbau apek plus berdebu tebal, bahkan ada bagian-bagian sudutnya ada sisi lendirnya.
Banyak sudut pandang yang bisa dipakai jika kita mencoba memaknai tentang kesucian. Saya bukan Sufi, saya bukan seorang alim dan bukan pula orang yang cerdas serta berhati suci untuk memaknai esensi kesucian itu sendiri.
Artikel ini hadir setelah menyimak kontroversi pada postingan saudari kecilku Sibengal Liar : Perawan yang Berpengetahuan [bukan] Perawan yang Berpengalaman! Dan Postingan Renyah Pak Zen Muttaqin Noda Tak Bersuara , pada akhirnya tergelitik juga untuk membuat postingan tentang hal ini sesuai sudut pandang subyektif saya, dikarenakan ada beberapa komentar yang kontra terhadap artikel tersebut. Senada dengan Sibel bahwa saat ini masalah pendidikan seks merupakan salah satu topik yang pantas untuk dicermati karena begitu kentaranya degradasi moral yang terjadi, akibat pola pikir kita yang masih menganggap tabu membicarakan hal ini secara terbuka.
Salah satu topik dasar pendidikan seks adalah pemahaman tentang konsep keperawanan dan keperjakaan, baik secara anatomi maupun secara kontekstual. Secara anatomi keperawanan mungkin hanya sebatas selaput dara tapi secara kontekstual keperawanan kadang juga dianggap sebagai simbol atas kesucian seorang perempuan, begitupun dengan keperjakaan adalah merupakan simbol yang sama atas kesucian dari seorang lelaki.
Apakah pantas konsep keperawanan ini dianggap sebagai simbol kesucian?
Jawaban saya tentu saja pantas dan memang sepantasnya, karena jika melihat korelasinya secara anatomi, pada akhirnya kita pantas pula mempertanyakan kenapa Tuhan menciptakan perempuan dengan dilengkapi Selaput Dara? Apakah hanya kebetulan semata atau untuk sebab lain yang berhubungan dengan kesehatan? Atau sebagai sebuah tanda?
Kembali pada kontekstual korelasi keperawanan / keperjakaan, apakah pantas kedua hal tersebut dapat dikaitkan dengan kesucian seseorang?
Jawabnya : sebagai “Simbol” bisa iya bisa tidak.
Jawaban “tidak” karena hal keperawanan / keperjakaan ini tidak relevan untuk dikorelasikan sebagai Simbol “kesucian”, jika hilangnya keperawanan terjadi karena faktor ke tidak-sengajaan seperti kecelakaan, akibat olah raga atau karena treatment suatu penyakit, apalagi yang disebabkan oleh perkosaan.
Jawaban “Iya” jika kehilangan keperawanan terjadi karena seks bebas dan kurangnya kemampuan menahan diri saat berinteraksi secara phisik dengan pacar atau kekasih, maka hal ini layak di korelasikan bahwa para pelakunya telah kehilangan simbol kesuciannya.
Tapi nanti dulu, dengan kerendahan hati perkenankan saya bertanya :
Siapa yang bisa memastikan dirinya SUCI karena masih perawan / perjaka ?
Siapakah yang berani bilang seseorang yang tidak perawan / tidak perjaka lagi adalah orang yang tidak Beriman ?
Jangan dijawab dulu, coba bayangkan beberapa situasi berikut ini :

1.Pernahkah dalam hidupmu berada dalam situasi Horny?
Dalam artian terangsang seterangsangnya ketika dengan pacarmu, pada situasi dan tempat yang memungkinkan untuk melanjutkan kontak asmara tersebut menjadi kontak seksual yang lebih dalam, singkatnya dirimu dan pasangan dalam situasi KONAK dengan SIKON yang mendukung untuk Ngeseks.
Jika jawabmu “Belum”…. Maka jangan pernah merasa lebih suci dari yang sudah tidak perawan atau tidak perjaka lagi. Karena belum tentu ketika dirimu dan pacarmu mengalami situasi demikian mampu menahan diri tidak melakukan senggama, sederhananya “klaim terhadap sesuatu” adalah ketika si Klaimer suci mampu membuktikan dan mampu bertahan melawan hawa nafsu pada situasi yang mendukung untuk tidak dilawan.
Bahkan seorang Alim yang hidupnya hanya di Pesantren dan tidak pernah berada dalam situasi ini…. Belum dapat mengklaim dirinya SUCI…. Oleh karena itu tidaklah pantas rasanya seseorang merasa lebih suci dari pihak lainnya yang telah kehilangan simbol-nya, jika belum pernah berada atau berhadapan dengan ujian nafsu yang satu ini.
Oleh karena itu, jika dirimu masih perawan / perjaka saat ini adalah suatu kebanggaan dan nikmati kepuasan tersendiri karena dapat mempertahankannya, hingga sampai waktunya engkau rela melepaskannya pada seseorang yang pantas menerima mahkota tersebut.

2.Untuk pertanyaan kedua, saya ambil ukuran pribadi.
Terus terang saya tidak perjaka lagi saat berpacaran. Nanti dulu bukan berarti saya tipe manusia yang memperawani pacar saya lho… Tidak itu bukan gaya saya lho, dalam beberapa kali berpacaran saya akui bahwa saya bukan lelaki yang bersih-bersih amat kok, walaupun rasa cinta menjadi dasar saya dalam berpacaran, namun saya akui bahwa rasa cinta saya tidak lepas juga dari kata “nafsu kelelakian”, seperti “pegangan tangan, ciuman hingga sekwilda” menurut persepsi saya hal ini masih dalam batas wajar. Bukannya sok mau kasih lihat kalian bahwa saya orang yang “Nggak Tau Malu lho” membicarakan bahasa privasi di ruang publik, tapi ini lah kenyataannya pola pikir terbalik mengajarkan untuk melihat dari sisi yang berbeda…. Entah kalau kalian “gaya pacaran kita beda-beda dong” jangan munafik sebagian dari kalian juga pasti sama dengan diriku lho (sama-sama manusiawinya pasti).
Mungkin sebagian dari kalian ada yang menganggap bahwa saya kehilangan keperjakaan karena Masturbasi T, BD atau PH… karena diatas saya bilang “saya tidak pernah memperawani pacar saya”….. Apakah saya masuk kategori tidak beriman lagi karena kehilangan keperjakaan disituasi demikian….?
Nanti dulu, saya balik mau nanya : Pernahkah kalian diajak ML oleh wanita tidak dikenal katakanlah untuk cinta satu malam atau dengan Pelacur baik di café, di panti pijat atau di tempat karaoke? Terus terang saya pernah mengalaminya dan bukan sombong saya mampu menolak tawaran berlendir tersebut…. Padahal kalau dipikir-pikir nggak rugi kok kalau saya terima, toh saya udah nggak perjaka lagi…. Tinggal lanjutin dong, toh tidak ada yang berubah sekali tidak perjaka yah tetap nggak perjaka, tapi saya tolak apakah saya yang sudah tidak perjaka ini masih tetap dianggap tidak beriman? Jika jawab kalian “iya”, maka saya berharap semoga kalian suatu hari mendapatkan tawaran menggiurkan ini, untuk membuktikan apakah yang masih perjaka / perawan benar-benar bisa membuktikan keberimanannya. 

Singkatnya memahami point kedua ini, bagi kalian yang sudah tidak perawan lagi saat ini karena suatu kekhilafan sebagai manusia yang kalah saat berhadapan dengan nafsu atau tidak mampu menahan diri beserta iman ketika situasi itu terjadi, jangan sampai menyebabkan rendah diri, frustasi dan berputus asa yang menyebabkan kalian berprinsip “karena udah keburu basah kenapa tidak nyebur sekalian “ alias karena sudah tidak perawan atau tidak perjaka lagi, maka langsung open dengan free sex, bahkan ada yang obral sex atau mengkomersilkan diri. Sebagai manusia bukan begitu kita menyikapi hal ini, tapi belajarlah menerima kenyataan yang sudah terjadi, bertobat dan berusaha untuk tidak terjatuh dilubang yang sama untuk kedua kalinya.

Share this

Jika ada artikel yang bermasalah laporkan kepada kami lewat komentar dibawah ini.
Blog Ini DOFOLLOW silahkan berikan komentar sesuai artikel. komentar yang ngaco / spam akan di hapus.

Terima Kasih.