Lajang Jalang = Gak Perawan ?

Puting mama untukku, itu dulu.
Puting gadisku untukku,
“Jangan?”, Kenapa, “Pokoknya jangan!”
Bibirmu sudah kukecup,  lehermu penuh cupang. Bahkan putingmu kulumat. Kenapa di bawah itu jangan?
“Kumohon jangan, aku masih perawan!”
Ah, gadisku. Kamu masih perawan tapi putingmu jadi korban. Gadisku, kamu masih perawan tapi hanya di bawah sana. Kalau boleh jujur, kamu tak perawan lagi. Kamu hanya tertipu oleh diksi. Kamu telah menikmati persenggamaan, walau hanya sampai puting….kamu biarkan putingmu jadi korban….ah jujur saja, aku lelaki timur yang walau bejat begini, tetap cari calon isteri yang perawan. Kamu tak lagi perawan.
Demikian baris kalimat yang kutemukan dalam tulisan Vira Classic di Kompasiana yang kemudian telah diterbitkan dalam sebuah buku berjudul Lajang Jalang. Dan saya tidak dapat tidak setuju dengan bait-bait di atas, bukannya saya ini lelaki bejat tapi saya rasa jika kita sudah main adu daging mau di atas mau di bawah - kita tak bisa dengan bangga tepok dada bahwa kita masih perawan. Adu daging dengan gigi saja sudah bisa dikategorikan sebagai seks..gak percaya.. well masih ingat dong kasusnya Bill Clinton dan Monica Lewensky yang beroral seks dan dibantah Bill Clinton sebagai hubungan seks karena tidak ada intercourse tapi kemudian impeachment court memutuskan bahwa yang terjadi adalah hubungan seks..untungnya mereka tidak memutuskan pemakzulan pada Bill Clinton.
Akses ke informasi seks saat ini makin terbuka dan tanpa dibekali fondasi moral yang kuat, maka yang terjadi di bawah permukaan adalah prilaku seks yang permisif. Bayangkan saja penelitian sudah membuktikan bahwa 60% siswi SMP di Jakarta sudah tidak perawan…dan 60% dari hubungan seks pertamakalinya dilakukan di rumah mereka….wuiiih. Entahlah, sebagai seorang “ibu yang sudah memiliki anak akil baliq” tak pelak ini jadi PeeR serius buat saya. Waktu si bocah mengalami haid pertama kali langsung saya katakan, “mulai sekarang jangan sampai kesenggol cowok ya entar bisa hamil,” dengan takzim dia mengangguk sampai suatu hari dia lari-lari dengan ekspresi jijik, “ih tadi bapak (kandungnya) cium aku…aku bisa hamil ya.” Terpaksa aku jelaskan dengan singkat pakai bahasa rada ilmiah soal penis, vagina dan intercourse…eh dia gak ngerti..diulang berapa kali juga ga ngerti, akhirnya kujelaskan dengan istilah K***l, M***k dan turunannya baru ngerti. Masalah belum selesai sebab kulihat ada teman lelaki istimewanya sebenarnya bad boy mulai suka elus-elus punggung atau rambutnya…terpaksa mereka kupanggil dan kuberi sex education ala daveena…gimana sentuhan akan menimbulkan keinginan untuk terus menyentuh dan darah-darah birahi akan naik voltagenya dsb-dsb… Eh gak lama kemudian kakak si cowok FBin si bocah bilang kalau si cowok sudah bikin komitmen di keluarganya buat sekolah serius hingga sarjana dan memiliki pekerjaan tetap agar bisa menikahi si bocah karena selalu terngiang mukaku saat menasehati mereka….halaaah apa lagi seh.
Pada tingkat usia yang lebih tinggi lagi yakni usia mahasiswa, saya pernah membaca penelitian pada mahasiswa-mahasiswa yang kuliah di Depok konon 80% sudah berhubungan seks dengan kekasihnya. Yang menarik adalah mereka sangat sadar konsekwensinya yakni kehilangan selaput keprawanannya dan menganggap itu adalah konsekwensi mencinta. Dan mereka merasa tidak perlu menuntut pada sang pria jika suatu saat hubungan mereka screw up hingga tak dapat berlanjut ke jenjang pernikahan.



Makanya saya merasa aneh waktu sobat saya Lala mau bunuh diri pas diputusin pacarnya..padahal sewaktu mereka ketemuan lagi dan balikan itu terjadi setelah 5 tahun lulus kuliah, saya sudah katakan padanya,“La…jatuhnya selembar daun aja atas izinNya, apalagi lo yang dah putus dan pisah 5 tahun. Do it right ya Sis, jangan tidur dulu ma dia sebelum kalian merit.” Eh dia tidur juga dan dengan PeDe bilang, “Abis enak sih Veen.”
Begitu tuh cowok mutusin, Lala menjerit, “Kita dah tidur bareng…gue dah kehilangan keprawanan,” dan dengan entengnya si cowok bilang, “Seingat gue, elo selalu menikmati kalo kita tidur bareng…enjoy the concequence too. Asal lo tau, kalo waktu itu elo nolak, gue juga gak maksa kok.
Sikap-sikap double standard inilah yang pada akhirnya melahirkan kemahiran cewek buat bersiasat saat bercumbu…”anything except intercourse” sebagaimana yang pernah saya tulis dalam  Boleh Gak Sih Cewek Agresif Saat Malam Pertama? So bolehkah kita tepok dada bilang Perawan saat puting kita pernah dilumatnya? Sementara firmanNya mengatakan “wala taqrabu zina”  ..didekati saja gak boleh apa lagi dilakukan. Dan meluncur lebih deras lagi…bahkan bertukar pandangpun dikatakan sudah zinah mata kan demikian juga dengan hijab yang harus kita kenakan, jika hijab itu sudah melayang dan bra kita sudah terlempar….apa yang bisa kita tabalkan? Perawan Abal-Abal?.  Dan apakah dengan tulisan ini saya mau bilang kalau saya suci dan tidak melakukan apapun…hmmm bukan begitu. Saya hanya ingin bilang bahwa tiap tindakan melahirkan konsekwensi tersendiri dan jika ingin melakukan dengan kekasih maka harus siap dengan konsekwensi apapun itu. Saya tak punya sikap apapun pada teman yang perawan tapi tidak perawan (who am I to judge?) lagipula masyarakat sendiri punya double standard dalam penilaian dan tiap perempuan berhak buat melindungi kepentingannya.
Saya jadi ingat kejadian dengan kekasih (Ex) saya, waktu itu dia minta temenin business tripnya ke Singapore beberapa hari,
“maksud kamu berarti kita bakalan sekamar ya…aku ga bisa sekamar dengan lelaki bukan suamiku”…(dalam hati mikir emang gue Arumi Bachsin),
Eh bisa-bisanya lelaki itu bilang, “kamu jangan sok puritan gitu…aku bisa membobol kamu kapan aja, kamu sembunyipun aku bisa suruh orang culik.”
Sempet mikir…emang gue gawang sepakbola or ATM pake dibobol segala,”yah aku yakin kamu bakalan sanggup melakukannya tapi apa sih yang kamu dapetin?,” dia diam dan kututup telpon. Dua hari kami dieman dan ini gak enak banget, akhirnya dia telpon,
“Oke, aku hormati pendirianmu tapi asal kamu tau aku akan menikahi masa depanmu dan bukan masa lalumu jadi perawan ga perawan ga penting buat aku. Sekarang gini aja…aku hanya akan melakukannya jika  dirimu yang minta….gimana?”.
Heem saya suka logika terbaliknya lagian saya juga wanita matang yang egaliter (bukan feminis sebab saya paling hobi menyeh-menyeh ma lelaki terdekat)…, “that’s fair enough.” Lucunya sejak percakapan itu malah gak ada sama sekali pembicaraan atau tindakan mengarah ke pembobolan…what’s so ever.
Women take your choice, honour yourself …. And be honest, God is watching us. Soal pria..sebejat-bejatnya lelaki…jika dia sayang kamu pasti dia akan jaga dirimu…yakinlah akan pesonamu,
Jika kamu memutuskan untuk melakukannya…take all the consequences…kamu gak lagi diperkosa kan? It takes two to tango…

Share this

Jika ada artikel yang bermasalah laporkan kepada kami lewat komentar dibawah ini.
Blog Ini DOFOLLOW silahkan berikan komentar sesuai artikel. komentar yang ngaco / spam akan di hapus.

Terima Kasih.